Empat Pelajaran yang Diperoleh Dari Ibadah Haji dan Qurban

Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki Hari Raya Idul Adha. Pada salah satu peringatan hari besar Islam ini, akan menjadi puncak ibadah haji di Mekkah serta ibadah Qurban. Tentu saja momen ini menjadi suatu hal yang dinanti-nantikan oleh kaum muslim.

Ibadah Qurban menjadi salah satu media untuk membuatkan kepada sesama. Sedangkan ibadah haji menjadi momentum untuk menjalankan rukum islam serta mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun demikian Ibadah Haji dan Qurban menjadi amalan yang memiliki pesan tersirat filosofi yang hampir sama.

Bahkan dari dua amalan ini kita mampu memperoleh pelajaran berharga. Tidak hanya berkhasiat untuk kehidupan di dunia, namun juga alam abadi kelak. Lantas apa sajakah pelajaran yang diperoleh dari ibadah haji dan qurban ini? Berikut informasi selengkapnya.

1. Belajar untuk Ikhlas
Pelajaran pertama yang akan diperoleh kaum muslimin dari ibadah Haji dan Qurban yaitu prihal keikhlasan. Ketika seseorang melaksanakan sebuah ibadah, perasaan tulus menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.

Tidak hanya sekedar tulus di verbal saja, namun  hati juga harus disertai keikhlasan untuk menerima ridha dari Tuhan SWT. Seberapa banyak pun kita mengurbankan hewan untuk disembelih, namun tidak tulus maka amalan tersebut akan berkurang berkahnya. Tuhan Ta’ala berfirman:

“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)

Ibadah Haji pun demikian, kita diperintahkan untuk tulus dalam melaksanakannya. Bukan sekedar untuk mencari gelar atau sanjungan semata. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda,

“Siapa yang berhaji sebab Tuhan lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana dikala dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).

2. Belajar untuk Mengikuti Tuntunan Nabi SAW
Selain berguru untuk ikhlas, ternyata ibadah qurban dan haji juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mengikuti tuntunan dari Rasulullah SAW.  Syarat dan rukun untuk berqurban serta berhaji sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist.

Al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan khutbah kepada para sobat pada hari Idul Adha setelah mengerjakan shalat Idul Adha. Rasulullah SAW bersabda,

“Siapa yang shalat menyerupai shalat kami dan menyembelih kurban menyerupai kurban kami, maka ia telah menerima pahala kurban. Barangsiapa yang berkurban sebelum shalat Idul Adha, maka itu hanyalah sembelihan yang ada sebelum shalat dan tidak teranggap sebagai kurban.”

Abu Burdah yang merupakan paman dari Al Bara’ bin ‘Azib dari jalur ibunya berkata,

“Wahai Rasulullah, saya telah menyembelih kambingku sebelum shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari itu yaitu hari untuk makan dan minum. Aku senang kalau kambingku yaitu binatang yang pertama kali disembelih di rumahku. Oleh sebab itu, saya menyembelihnya dan saya sarapan dengannya sebelum saya shalat Idul Adha.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata: “Kambingmu hanyalah kambing biasa (yang dimakan dagingnya, bukan kambing kurban).” (HR. Bukhari no. 955)

Hal yang sama juga berlaku bagi ibadah haji, kita tidak boleh melaksanakannya secara asal-asalan. Namun harus sesuai dengan tuntunan yang ada. Rasulullah SAW bersabda:

 “Ambillah dariku manasik-manasik kalian, sebab sebenarnya saya tidak mengetahui, mungkin saja saya tidak berhaji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim no. 1297, dari Jabir).

Apabila amalan tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan tuntunan, maka ibadah yang dilakukan tersebut hanyalah berbuah kesia-siaan belaka.

3. Belajar untuk Sedekah Harta
Selain berguru untuk melaksanakan tuntunan dari Tuhan dan Rasul-Nya, ibadah Qurban dan Haji juga mengajarkan kepada umat muslim supaya beramal harta. Baik dikala berangkat haji ataupun menyembelih Qurban, itu mengisyaratkan kita sudah mensedekahkan sebagai harta yang dimiliki. Ketahuilah bahwa harta yang kita sedekahkan di jalan kebaikan dan ketaatan, maka harta tersebut akan memiliki keberkahan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Tuhan akan menghilangkan berkah rezeki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Tuhan untukmu. Jika tidak, maka Tuhan akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029)

Ingat pula Tuhan Ta’ala berfirman/: “Dan barang apa saja yang kau nafkahkan, maka Tuhan akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

4. Belajar untuk Rajin Berdzikir
Pelajaran terakhir dari ibadah Haji dan Qurban yaitu kita semakin rajin berdzikir. Dalam menyembelih hewan qurban, kita diwajibkan untuk membaca bismillah dan disunnahknah untuk bertakbir. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban (pada Idul Adha) dengan dua kambing yang gemuk. Aku melihat dia menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu dia membaca bismillah dan bertakbir, kemudian dia menyembelih keduanya dengan tangannya.”

Tidak hanya itu, semenjak sepuluh hari pertama Dzulhijjah, kita pun sudah diperintahkan untuk banyak bertakbir. Tuhan Ta’ala berfirman,

“Dan supaya mereka menyebut nama Tuhan pada hari yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28). ‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran yaitu sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Pendapat ini yaitu pendapat jumhur (mayoritas) ulama di antaranya Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, Mujahid, ‘Ikrimah, Qotadah dan An Nakho’i, termasuk pula pendapat Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad (pendapat yang masyhur dari beliau). Lihat perkataan Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif Al Ma’arif, hal. 462 dan 471.

Tuhan Ta’ala berfirman: “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Tuhan dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203). Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat yaitu tiga hari tasyriq. Ini memberikan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.

Dalam ibadah haji kita juga diperintahkan untuk banyak berdzikir. Ibadah thawaf, sa’i dan melempar jumrah pun dilakukan dalam rangka berdzikir pada Allah. Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sesungguhnya thawaf di Ka’bah, melaksanakan sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah yaitu adegan dari dzikrullah (dzikir pada Allah)” (HR. Abu Daud no. 1888, Tirmidzi no. 902 dan Ahmad 6: 46. At Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini dho’if)

Demikianlah informasi mengenai empat pelajaran yang diperoleh dari ibadah Haji dan Qurban. Begitu banyak hal yang akan didapatkan apabila kita mengerjakan amalan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat.
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Empat Pelajaran yang Diperoleh Dari Ibadah Haji dan Qurban"

 
Template By Kunci Dunia
Back To Top